Skalapost (SK).
Pendidikan – Launching dan diskusi buku ‘Menakar Demokrasi Dalam Pandemi’ karya Wendy Melfa di Lamban Gunung, jalan Agus Salim, No. 23 Sukadanaham, Tanjungkarang Barat, Bandarlampung, Selasa (13/10/2020).
Kegiatan itu dihadiri Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, Tio Aliansyah Anggota KPU Lampung, Irjen (purn) Ike Edwin, Firmansyah Alfian Rektor IBI Darmajaya, Edi Rifai, Andi Surya Rektor Umitra, Noverisman Subing anggota DPRD Lampung, Dedi Mawardi Komsaris PTPN, Iskardo P Panggar anggota Bawaslu Lampung dan dipandu moderator Iskandar Zulkarnaen serta tokoh lainnya.
Iskandar Zulkarnaen yang juga Pemred Lampung Post itu mengatakan, launching dan diskusi buku ‘Menakar Demokrasi Dalam Pandemi’ karya Wendy Melfa ini juga dihadiri Dendi Ramadhona Kaligis (cabup Pesawaran) sebagai pelaku dalam pilkada 2020.
Wendy Melfa sang penulis buku ‘Menakar Demokrasi Dalam Pandemi’ itu menyampaikan, bahwa dirinya hanya sedikit memberikan kontribusi pemikiran-pemikiran dalam fenomena langka yang terjadi saat ini yakni dua peristiwa besar pilkada 2020 ditengah pandemi covid-19.
“Ini untuk dijadikan bahan diskusi dan ngobrol-ngobrol. Maka hari ini kami hadirkan sesuai dengan bidangnya. Di sini kita berdiskusi bertukar pikiran. Harapannya sebagai tokoh kita bisa jadi tauladan bagi lingkungan kita,” kata Wendy.
Wendy menulis buku itu pada Bulan Juni dan berakhir dibulan Desember, karena dia tertarik dengan kondisi saat ini.
“Buku ini saya tulis bulan Juni sampai akhir Desember. Melihat fenomena yang berkembang ada 2 peristiwa besar. Dan jika itu bisa terlewatkan jika kita tidak menyadari. Maka sebelum itu terlewatkan maka ijinkan saya mencatatkan peristiwa ini insyaallah membangun peristiwa sejarah hidup kita dan esok diteruskan oleh generasi penerus kita,” ungkapnya.
“Apa yang saya sebutkan sebagai fenomena paling tidak dalam penilitian saya. Indonesia termasuk Lampung didalamnya melangsungkan pesta demokrasi. Pada saat yang sama dunia dan Indonesia, Lampung saat ini dalam pandemi covid-19,” terangnya.
Suami Ririn Kuswantari Wakil Ketua DPRD Lampung itu menjelaskan ketika pandemi ini, aktivitas manusia di instal ulang, disesuaikan, termasuk agenda politik.
“Yang paling saya rasakan usia saya saat ini memasuki 50 tahun. Tahun ini saya alami sholat ied di rumah. Dan ini mungkin barang kali kita mencoba jadi imamnya dan jadi khotibnya. Kemudian semua sektor kehidupan ini juga disesuaikan,” ucapnya.
Lantas kemudian, sambung Wendy kegiatan demokrasi pilkada sesuai dengan kulturnya yang ada di dalamnya memaknai bahwa pesta demokrasi. Ini fenomena. Dua hal ini saling beradu legitimasi. Disatu sisi pilkada ditunda, disisi lain pilkada diteruskan.
“Ada 60 negara yang terpaksa menunda kegiatan demokrasi di negaranya. Sampai pandemi menunjukan angka-angka menjinakkan. Ada juga negara di dunia lain juga mampu menyelenggarakan dengan baik proses demokrasi. Meski punya legitimasi mengalami penurunan partisipasi pemilih. Dan ini satu konsekuensi,” terangnya.
“Maka saya yang berada di pilihan di kluster pilkada tidak ditunda. Di Indonesia sebanyak 220 daerah. Kita punya keyakinan bahwa Pemerintah dan DPR RI serta penyelenggara pilkada, kita meyakini pilkada bisa dilanjutkan dan bisa digelar pada 9 Desember 2020,” ucapnya.
Dia melihat secara umum, angka covid-19 pada bulan Septmber kemarin angka covid agak sedikit melandai.
“Kita berharap melandai-melandai dan berakhir. Karena dari pendapat aktivitis kampus belum ada vaksin secara efektif untuk menghalangi untuk menghambat penularan. Karena kita tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Maka demokrasi dilanjutkan dan terus berjalan. Nyatanya KPU dan pemerintah sudah tetapkan 9 Desember 2020 dengan catatan harus melaksanakan protokol kesehatan (prokes). Maka dengan syarat seprti ini ada dua pilihan. Kita sebagai bangsa akan mengukir sejarah baik karena kita dianggap mampu menjalankan demokrasi dengan baik disaat pandemi. Atau pilihannya pelaksanaan tersebut tidak mampu karena menimbulkan kluster baru. Karena pelaksanaan di pandemi sehingga sebabkan hal-hal yang kontraproduktif,” ungkapnya.
Didalam buku yang Wendy Melfa tulis, bukan berartti dia ingin menggiring para pembaca untuk sama dengan frame pemikirannya, melainkan dia ingin berkontribusi dalam pemikirannya.
“Saya tidak ingin menggiring pembaca, tapi dengan pembaca dengan muaranya nanti apapun yang dilakukan nanti kita jadi pendukung sekaligus motivator bagi diri kita dan lingkungan. Ketika pilihannya meneruskan pilkada, maka itu harus sesuai ketentuannya dengan memakai prokes. Mudah-mudahan ini jadi pelajaran berharga,” katanya.
Selain itu juga, kata Wendy momentum pendamping dalam mendaftarkan calon kepala daerah ke KPU, sehingga langgar prokes juga ada hikmahnya.
“Hikmahnya, pemerintah dan KPU serta kepolisian lebih ketat mengatur tentang pelaksanaan pilkada ditengah pandemi,” ucapnya.
Sementara itu sekitar pukul 11.30 Wib Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin mengucapkan selamat atas launchingnya buku ‘Menakar Demokrasi Dalam Pandemi’ karya Wendy Melfa di Lamban Gunung, via Zoom Meeting.
“Saya ucapkan selamat kepada Bang Wendy Melfa atas launchingnya buku ‘Menakar Demokrasi Dalam Pandemi’ semoga buku itu bermanfaat di tengah situasi pilkada di pandemi covid-19. Dan saya belum bisa sempatkan hadir karena masih terus membahas tentang RUU Cipta Kerja di Jakarta,” terang Azis Syamsuddin.
Ike Edwin juga mengaku berterima kasih karena telah diundang, dia berharap dengan hadirnya buku ini bisa menjadi pelajaran untuk generasi penerus demokrasi di tengah pandemi.
“Saya kasih nilai 99,99 persen. 0,1 persennya masih disimpan di saya. Kecuali kalau dia minta foto-foto soal demokrasi yang kemarin telah saya lalui,” kata mantan balonkada di Pilwako Bandarlampung ini.
Tio Aliansyah, pelaksanaan ditengah pandemi ini pilkada harapannya tidak menimbulkan kluster pilkada.
“Harapannya semua pelaksanaan pilkada di 8 kabupaten/kota dengan menjalankan prokes,” kata Tio.
Tio juga mengajak sama-sama menjaga prokes, dan membebankan ke penyelenggara pilkada.
“Faktanya pelanggaran-pelanggaran ini banyak dari peserta. Kita sudah mengatur bahwa pelaksanaan pilkada ini ditengah bencana alam (pandemi covid-19). Jadi pengaturan ini disesuaikan dengan kondisi new normal. Nanti tidak ada lagi artis joged-joged di panggung. Ada PKPU nomor 13 tahun 2020 nya disitu sangat jelas,” terangnya.
Pilkada ditengah pandemi ini juga dia mengajak awasi tahapan kampanye.
“Kita sama-sama awasi. Dan tidak hanya bebankan ke penyelenggara. Kampanye-kampanye ini tidak ada lagi rapat umum. Semua pelaksanannya melalui daring (dalam jaringan). Tapi masih ada pertemuan-pertemuan terbatas. Walaupun itu tidak dilarang. Maka saya kasih jempol buat bang Wendy. Dan saya ucapkan selamat,” ucapnya.
“Ayok, Seruput kopinya, kita ngobrol demokrasi ditengah pandemi,” kata Tio Aliansyah.
Sementara itu, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengapresiasi launching buku tersebut. Dia menilai buku tersebut sesuai dengan kondisi saat ini. Dia berharap buku itu dapat bermanfaat bagi demokrasi di Lampung.
Dia juga menyebutkan yang dimaksud menakar, karena Buku ini mengambil pilihan ‘Menakar Demokrasi Dalam Pandemi’ kedepankan asas keadilan yang saling menguntungkan.
“Ibarat kita beli beras maka tidak boleh kurang tidak boleh lebih takarannya. Karena menakar itu artinya takaran. Tidak boleh lebih tidak boleh kurang,” kata Arinal.
Menurutnya Lampung merupakan lokomotif pertanian Indonesia.
“Artinya saya bawa 33 gerbong ini di Lampung,” kata Arinal.
Arinal menyampaikan meski ditengah situasi pandemi, Lampung terus berkontribusi untuk Jakarta.
“Alhamdulillah kita menghadapi krisis ekonomi dalam pandemi covid-19 ini kita masih bisa menyuplai gula 26 ribu ton per triwulan ke Jakarta,” ujarnya.
Selain itu, Arinal juga menyinggung Lampung bakal menjadi destinasi wisata terkenal.
“Selain Mandalika, Labuhan Bajo dan Bakauheni. Insyaallah tahun 2022 ini selesai pembangunannya. Kita harapkan 20 persen dari pariwisata itu ada andilnya,” kata dia.
Selain itu juga, Lampung akan menjadi kawasan kesehatan Indonesia.
“Jadi nanti tidak perlu lagi ke Vietnam dan Singapura. Kita sudah siapkan di Lampung. Begitu juga dengan haji dan umroh. Selain itu, Kita juga diberikan kesempatan spot center. Sama dengan Gelora Soerkarno Hatta tapi kecil akan kita tempatkan di wilayah Institut Teknologi Sumatera (ITERA). Dan anggaran APBDP juga dengan APBN bisa dimanfaatkan dengan diskresi,” katanya.
Arinal juga menyebutkan Lampung termasuk terbaik dalam penanganan covid-19 di Indonesia.
“Sudah keluar di Medsos pertama saya, kemudian Gubernur Jawa Barat, Gubernur Kalteng, Jawa Timur soal penanganan pandemi. Jadi ada 4 kepala daerah,” ucapnya.
“Karena covid ini tidak bisa diselesaikan oleh seorang Gubernur. Tapi semua pihak ikut berkontribusi,” terangnya. (Ys).