Selamat Hari Bumi Sedunia! Perjalanan Wastoyo dari Pemburu Jadi Pelestari Hutan, Bukti Nyata Harapan untuk Bumi

0

Lampung — Hari Bumi Sedunia ke-55 yang jatuh pada Selasa, 22 April 2025, menjadi momentum penting untuk merenungkan kembali hubungan manusia dengan alam. Di balik hiruk-pikuk kampanye lingkungan global, terselip kisah luar biasa dari pelosok Ulubelu, Lampung, tentang seorang pria bernama Wastoyo—mantan pemburu hutan yang kini berdiri di garis depan pelestarian alam.

“Saya dulu berburu rusa, burung, apapun yang bisa dijual dari hutan. Semua saya ambil demi uang. Warga sekitar sampai menjuluki saya mafia hutan,” ujar Wastoyo mengenang masa lalunya. Pria yang tinggal di pinggiran hutan Ulubelu ini dulunya bergantung sepenuhnya pada eksploitasi sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

Namun segalanya berubah saat Wastoyo mengikuti sebuah forum sosialisasi konservasi. Satu kalimat yang didengarnya dalam forum itu menghentak kesadarannya: “Janganlah kamu melakukan kerusakan di muka bumi ini.” Sejak saat itu, hatinya tergerak. Ia memutuskan meninggalkan perburuan, dan memulai perjalanan panjang sebagai penjaga hutan.

Dengan modal kecil dari hasil berkebun kopi, Wastoyo memulai aksi konservasi secara mandiri. Ia melakukan pembibitan tanaman, penanaman pohon, dan mengajak para pemuda sekitar ikut serta. Namun perjuangannya tidak mudah. Warga menilai kegiatannya tak menghasilkan uang, bahkan anak-anak dilarang ikut bergabung. “Saat itu saya hampir menyerah,” ucapnya lirih.

Titik terang muncul ketika ia terlibat dalam kegiatan pemantauan hutan bersama ERMi (Emergency Response Group Millenials), binaan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) Area Ulubelu. Dari sinilah perjalanannya berubah. PGE memberikan perhatian dan dukungan serius atas inisiatif Wastoyo. Dibentuklah Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Margo Rukun, sebagai wadah legal konservasi sekaligus pengembangan ekonomi berbasis lingkungan.

Melalui program unggulan ELOC BESTARI (Empowering Local Communities-based Environmental Stewardship Through Social Forestry), PGE mendampingi Wastoyo dan komunitasnya mengembangkan kegiatan ramah lingkungan seperti budidaya lebah madu, produksi pupuk kompos, hingga pembibitan tanaman. Kini, KUPS Margo Rukun mencatat omzet sekitar Rp2,2 miliar per tahun dan dipercaya banyak perusahaan multinasional untuk proyek rehabilitasi lahan.

BACA JUGA:  Aprozi Alam Layak Pimpin ketua Golkar Lampung

“PGE bukan hanya mitra, tapi keluarga. Mereka selalu hadir saat kami butuh dukungan,” tutur Wastoyo penuh syukur.

General Manager PGE Ulubelu, Hadi Suranto, mengatakan kunci keberhasilan ini adalah kolaborasi erat dengan masyarakat. “Kami terus berinovasi untuk memanfaatkan panas bumi secara berkelanjutan dan melibatkan warga dalam menjaga kelestarian alam,” katanya.

Program ELOC BESTARI juga berkontribusi pada diraihnya penghargaan PROPER Emas oleh PGE Ulubelu selama tiga tahun berturut-turut. ELOC Bestari terbukti efektif mengurangi ketergantungan masyarakat pada aktivitas merusak hutan, dengan mendorong diversifikasi ekonomi berbasis sumber daya alam yang lestari.

Hari Bumi bukan sekadar perayaan simbolik. Ia adalah pengingat akan tanggung jawab kita pada planet ini. Dan kisah Wastoyo adalah bukti bahwa perubahan adalah mungkin. Dari seorang yang dulu merusak, kini menjadi penjaga. Dari mafia hutan, menjadi inspirasi pelestari.

Bumi butuh lebih banyak sosok seperti Wastoyo. Mari jaga bumi—karena rumah ini milik bersama.

Facebook Comments